Sabtu, 11 Oktober 2008

Krisis Ekonomi Rezim Zionis Israel

jum'at, 10 Oktober 2008
Sudah jatuh, ketiban tangga pula. Kira-kira begitulah situasi yang mendera rezim Zionis Israel saat ini. Tel Aviv bukan hanya diricuhkan dengan krisis politik saja, tapi juga terdepak oleh pukulan krisis ekonomi. Krisis keuangan dan ekonomi, khususnya di lantai pasar modal benar-benar mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Harga saham sejumlah perusahaan-perusahaan papan atas Israel sempat melorot tajam minimal 15 persen. Begitu juga saham perusahaan-perusahaan sektor properti juga merosot 10 persen. Penurunan drastis nilai saham di berbagai sektor ekonomi Israel ini menunjukkan luasnya cakupan krisis keuangan dan resesi ekonomi yang melanda negara ilegal ini. Meski situasi tersebut merupakan imbas dari krisis keuangan global, namun akar utama krisis tersebut sejatinya bisa dilacak pada kesalahan kebijakan ekonomi rezim Zionis Israel.

Memburuknya kondisi perekonomian rezim Zionis ini berlangsung pada saat anggaran tahunan rezim ini terlalu banyak mengandalkan bantuan besar negara-negara Barat, khususnya AS sebesar 80 miliar USD. Terlebih lagi, sebagian besar anggaran itu diperuntukkan untuk sektor militer. Tak ayal, langkah itulah yang membuat perekonomian Israel menjadi morat-marit. Faktor lain penyebab memburuknya perekonomian rezim Zionis adalah maraknya aksi korupsi di lingkungan para pejabat teras rezim ini.

Saat ini saja, angka pengangguran di Israel mencapai 20 persen. Sementara pemerintah Tel Aviv sendiri harus menghadapi defisit anggaran yang begitu besar. Melihat kenyataan ini, wajar jika warga Israel begitu kecewa dengan pemerintahannya. Kekecewaan itu pun akhirnya berujung pada makin meningkatnya arus eksodus besar-besaran warga Israel ke luar negeri.

Dalam kondisi semacam itu, Tzipi Livni, Ketua Partai Kadima yang kini tengah sibuk mempersiapkan kabinet baru rezim Zionis, terpaksa melontarkan janji-janji perbaikan ekonomi di samping ia harus menyelesaikan friksi politik untuk membentuk pemerintahan koalisi.

Irnonisnya lagi, kondisi politik Zionis Israel pasca pelaksanaan pemilihan internal Partai Kadima dan terpilihnya Tzipi Livni sebagai ketua, tidak hanya menyebabkan vakumnya stabilitas politik di rezim ini, tapi juga memperkeruh kondisi krisis yang ada. Situasi itu mencerminkan adanya perang kekuasaan dan friksi politik yang tajam di tubuh rezim ini. Oleh karena itu, jika Livni atau pemerintahan koalisi manapun tak mampu mengatasi krisis ekonomi Israel, maka masa depan rezim Zionis bakal menghadapi situasi yang lebih krusial lagi.

Tidak ada komentar: